Tamu Sederhana (Cerita Indah yang baik untuk dibaca)

"saya kedatangan tamu dirumah".

Syalom, sapanya ketika sampai di depan pintu.
Jawab saya sedikit kaget karena tidak mengenal tamu ini. Anda siapa? Tanya saya. ‎
“Saya Steven“ katanya dengan wajah diliput senyum. ‎
Bapak pengurus Gereja ini ? tanyanya.‎
Ya. Betul Pak. Ada apa ? Apa yang dapat saya bantu.
Saya tadi melewati Gereja yang sedang dibangun. Orang disekitar Gereja sini meminta saya untuk menemui bapak ?
Ada apa ?
Saya ingin memberikan sumbangan untuk penyelesaian pembangunan Gereja, katanya dengan tetap diliput senyum.

Saya memperhatikan penampilan orang ini. Tidak nampak dia memiliki kemampuan untuk menyumbang. Saya lirik diluar, tidak ada nampak kendaraan diparkir. Pasti orang ini datang dengan angkutan umum atau beca. Mungkin orang ini "sakit". Atau hanya ingin mempermainkan emosi saya. Ya, karena sudah hampir empat thn Gereja itu tidak pernah selesai. Sementara saya sebagai ketua Panitia Pembangunan Gereja sudah bosan mengajak jemaat untuk menyumbang dana utk pembangunan dan perpuluhan. Tapi hasilnya hanya uang kecil tak seberapa yang terkumpul . Padahal masyarakat yang ada disekitar Gereja ini terdiri dari para pedagang yang rata rata mempunyai omzet Rp. 3 juta per hari dan petani cengkeh.

Bagaimana Pak? Kenapa bapak diam ? tegurnya yang membuyarkan lamunan saya.‎ Eh, iya Pak, ehm..berapa bapak mau sumbang tanya saya masih diliput rasa tidak percaya.

Boleh saya tau ? Berapa dana diperlukan untuk menyelesaikan Gereja ini, tanyanya dengan tenang.

Pertanyaan yang lagi lagi membuat saya hilang hasrat untuk bicara banyak sama tamu ini. Dia pasti orang "sakit jiwa".‎

Ya.. kita butuh dana sebesar Rp 500 juta, jawab saya. Berharap orang itu cepat berlalu.

Baik, pak. Besok kalau bapak ada waktu, saya tunggu di Pengadilan. Saya akan memberikan sumbangan dihadapan hakim. Katanya tenang.
Pukul berapa Bapak ada waktu ? lanjutnya.

Ya lihat besok aja ya pak, jawab saya. Berharap orang itu cepat berlalu. Karena saya harus memimpin rapat.

Baiklah, Ini nomor telp rumah saya. Kalau bapak siap, hubungi saya, katanya.
Permisi saya pamit dulu.
Selanjutnya sambil berdiri dan berlalu.

Baru saya sadar, tamu ini tidak saya tawarkan minum. Secara tidak sengaja saya melontarkan cerita kedatangan tamu ke rumah kepada teman2. Tanggapan mereka sama seperti saya. Orang itu Stress dan tidak perlu dilayani.

Karena besok semua pengurus punya banyak kesibukan, yang tidak mungkin meluangkan waktu untuk datang ke Pengadilan.
Keesokan harinya. salah satu pengurus meminta saya untuk menemaninya
ke show room mobil. Dia hendak menebus indent kendaraan yang dipesannya sejak empat bulan lalu.
Karena lokasi showroom tidak begitu jauh dari Kantor Pengadilan maka saya tawarkan kepada teman ini untuk mampir ke Pengadilan. Dia sedikit sungkan tapi akhirnya setuju.

Langsung saya menghubungi orang yang akan menyumbang itu melalui telphone .
Dia langsung menyanggupi untuk datang. Berjanji pukul 11 siang sudah sampai
di Kantor Pengadilan.

Baiklah. Tapi saya tidak mau tunggu terlalu lama
di kantor pengadilan itu.
Karena sebenarnya saya masih sangsi pada orang ini.

Tepat pukul 11 saya dan teman sudah datang di pengadilan. Tapi orang yang akan menyumbang belum juga datang. Lewat lima menit , orang yang akan menyumbang itu datang dengan menumpang angkutan BECAK yang masuk langsung kedalam halaman Pengadilan .
Bajunya sangat sederhana.

‎Teman saya yang melihat pemandangan itu, langsung tersenyum kecut.
Bagaimana mungkin dia bisa menutup kekurangan pembangunan Gereja .

Mungkin kita yang gila. Mau-maunya nungguin dia.Tapi ya sudahlah, kita lihat aja, gerutu teman saya kala melihat kedatangan orang itu.‎

Syalom, sapanya ketika sampai didalam menjumpai kami. Ya, bagaimana Pak. Apakah bapak sudah bawa uangnya? Tanya teman saya langsung ke pokok persoalan.‎

Ini, uangnya, katanya sambil memperlihatkan kantong semen ditangannya. Mari kita menemui petugas untuk membuat akta penyerahan sumbangan ini. Maaf, bukan saya tidak percaya tapi ini perlu sebagaimama ajaran agama menyebutkan bahwa segala sesuatunya harus jelas, katanya. Sambil melangkah ke dalam menemui petugas pengadilan.

Tanpa banyak kata, orang ini langsung menyerahkan tumpukan uang dihadapan petugas pengadilan.
Petugas itu menghitung.
Jumlahnya Rp 500 juta..!‎

Petugas itu kemudian menyerahkan formulir untuk kami isi. Kemudian setelah tandatangani formulir itu, maka uang pun pindah
ke tangan kami.

Pak, Cukuplah Bapak-Bapak sebagai panitia dan Pak Hakim yang mengetahuinya. Saya menyumbang karena TUHAN... katanya ketika akan pamit berlalu.

Melihat situasi yang di luar dugaan kami maka timbul rasa malu dan rendah dihadapan orang ini.Ternyata dia yang kami nilai stress/gila, menunjukan ketaatannya. Sementara kami dari awal meremehkan dan memandang sebelah mata padanya.

Maaf, Mengapa bapak rela menyumbang uang sebanyak ini. Sementara saya lihat bapak , maaf terlihat sangat sederhana. Mobil pun bapak tidak punya, tanya teman saya dengan keheranan.

Saya merasa sangat kaya. Karena TUHAN memberikan saya hati yang dapat memahami FIRMAN TUHAN.

Cobalah anda bayangkan. Bila uang itu saya belikan kendaraan mewah, maka manfaatnya hanya seusia kendaraan itu.
Bila saya membangun rumah megah maka indahnya hanya untuk dipandang.
Tapi bila saya gunakan harta untuk saya di jalan TUHAN demi kepentingan Jemaat, maka manfaatnya tidak akan pernah habis. “ Demikian jawabnya dengan sangat sederhana tapi begitu menyentuh.

Apa pekerjaan Bapak ? tanya teman saya.
Saya petani cengkeh .
Puji TUHAN dari hasil kebun Kopi, lima anak saya semua sudah menjadi sarjana dan sekarang mereka sukses dan hidup sejahtera. Lima limanya sudah berkeluarga. Puji TUHAN, semua Anak dan mantu saya sudah berTobat .”

Bapak memang sangat beruntung. Apa resepnya hingga bapak dapat mendidik anak yang baik, tanya saya.

Resepnya adalah :

DEKATLAH DAN CINTAILAH TUHAN, SERTA LAKUKAN FIRMAN-NYA. LAKUKAN SEMUA YANG DIAJARKAN KEPADA KITA, DAN BERKORBANLAH UNTUK ITU..

Bukankah anak, istri, kesehatan dan pekerjaan rejeki adalah Anugerah TUHAN kepada kita semua. Bila kita sudah mencintai TUHAN dengan hati, dan dibuktikan dengan perbuatan, maka selanjutnya hidup kita akan dijamin oleh TUHAN.

Apakah ada yang paling bernilai didunia ini dibanding kecintaan TUHAN kepada kita. Dia pamit dan berlalu dengan menumpang becak.

Sementara saya dan teman saya tercekat dan tak mampu berkata-kata.

Kami tak berani mendahului becak yang ditumpanginya. Toyota Kijang keluaran terbaru yang baru saya beli bulan lalu serasa tak mampu melewati becak itu.
Saya malu. Malu dengan
diri saya dihadapan orang yang sederhana namun TULUS MEMBERI. Mungkin penghasilan saya lebih besar darinya. Tapi belum bisa setulus dia. Saya menjadi merasa tidak pantas menyebut diri ini mencintai TUHAN

Semoga bermanfaat.‎

sumber : WA

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tamu Sederhana (Cerita Indah yang baik untuk dibaca)"

Post a Comment

tuberebere.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE